Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Agama/Kepercayaan Orang Toraja dalam Catatan Belanda 1947 (2)

Agama/Kepercayaan Orang Toraja dalam Catatan Belanda 1947, Catatan Belanda tentang Onderafdeeling Tana Toraja 1947, Memorie van Overgave (Naskah serah terima), Algemene Secretarie, Politiek Verslag, Jaarlijksch Verslag, Algemeen Verslag, Bijlagen Algemeen Verslag, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Makassar, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Luwu, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Bima Bonthain, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Bone, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Parepare, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Selayar, Brieven aan de Directeur's Lands Producten en Cievile Magazijnen, Kommissorial Bijlagen Algemeen Verslag, Administratie Algemen Verslag, Kultuur Verslag, Administratie Algemen Verslag, Administratie Algemen Verslag (bevolking), Algemeen Staat der Bevolking Verslag, Oorlog Celebes, Begrotingen Makassar, Tarief en Bapalingen op de inkomde/uitgaande regte te Makassar, Reglement gesticht Makassar, Besluiten van Makassar; Duplicaat aankomende brieven en bijlagen van hun hoodelheedens te Batavia, Secrete en aparte aankomende brieven en bijlagen; Makassar besluiten (buku), Besluiten Makassar en onderhoorigheden, Rantepao, Tana Toraja, Toraja, Toraja Utara,
TORAJA.ARUNGSEJARAH.COM -  Agama/Kepercayaan Orang Toraja dalam Catatan Belanda 1947 (2).

GUNANYA untuk memperkuat kekuatan ilmu sihir dari kesatuan masyarakat (banua = tongkonan) dan perdamaian dengan Puang Matua. Inijuga merupakan pesta inisiasi (Dr. van der Veen), dimana setiap pria yang mempunyai kedudukan di masyarakat, harus ikut merayakan ini. Hanya bila ini sudah dilaksanakan, baru pesta kematian yang tertinggi dapat diselenggarakan untuk mereka, yaitu dirapai. 

Yang disebut terakhir, ini hanya dapat dilebihi kesemarakan dan pemborosannya oleh satu macam pesta kematian, yaitu oleh dipamate puanq. yang hanya diselenggarakan untuk puang yang berdarah murni. Demikian juga setiap wanita yang mempunyai kedudukan, harus sudah menghadiri pesta lapa banua sebagai to tumbang, atau pesta maro (bandingkan dengan kamus H. van der Veen). Menurut H. Saba' , ampulembang dari Madandan, Burake ialah tokoh yang sangat terhormat. 

Rasa hormat terhadapnya sedemikian besar, sehingga peperangan harus ditunda bila beliau muncul di medan perang. Beliau yang mengumumkan pemujaan Puang Matua. Dengan pengiring sampai 20 orang ia berkeliling negeri. Orang dapat mendengar mereka datang dari jauh, karena mereka senantiasa memegang gendang (garapung) yang mereka bunyikan. Pada selaput gendang diikatkan manik-manik dengan tali. Dengan menggoyang garapung secara cepat dengan cara yang hanya diketahui burake, dihasilkan suatu bunyi yang dikenal semua orang.

BURAKE selalu pergi ke rumah orang yang terpenting di suatu desa (umpamanya sokkong baju), kemudian dengan cepat berkumpullah seluruh masyarakat. Kemudian Burake menceritakan suatu ceritera panjang dan memberi pokok-pokok pengajaran tentang Puang Matua, pembangunan, dan sebagainya.

Kadang-kadang Burake berbicara terus menerus dari jam 7 malam hingga jam 7 pagi. Bila Burake akan berangkat, masing- masing orang memberikan dia sejumlah berkas padi sebanyak yang mereka bisa berikan. Seperduanya dikembalikan. Padi yang dikembalikan itu telah menerima berkat dari burake (diurapi = diberkati), dan akan dicampur dengan benih padi yang mau ditanam supaya lekas tumbuh dan memperoleh banyak hasil. 

Dr. H. van der Veen menyatakan setelah mencatat peristiwa ini sebagai berikut : dengan itu burake memberkati padi yang ditanam di sawah duakali lipat untuk memperoleh kembali dua ikat padi yang diberikan padanya (Van Lijf, penulis).

Hanya tinggal sedikit Burake. Tinggal satu burake yang membimbing pria lain untuk jabatan ini, yaitu burake Makulla (Tokesan, Sangala).

Menurut pendapat saya, Tominaa bukanlah ulama menurut tafsiran arti yang sebenarnya, tetapi lebih merupakan pemuka masyarakat dalam adat kebudayaan rakyat. Dia - mempersembahkan korban untuk rakyat la melaksanakan persembahan-persembahan yang penting bagi masyarakat dan perorangan, ia harus menjaga bahwa berbagai ketentuan adat serta larangan-larangan yang ada dipatuhi oleh masyarakat, serta memberikan penyuluhan dan keteladanan dalam pelaksanaannya. 

Pada upacara pengurbanan yang besar, to minaa yang melaksanakannya, sebagai pengganti to parengi. Pada pengurbanan perorangan, misalnya pengurbanan setelah sakit, atau pengurbanan setelah suatu mimpi yang ditakutkan membawa bencana, tominaa sendirilah yang memimpin upacara.

Dengan cara ini, ia mengurus kesejahteraan dunia tengah, baik dengan dunia bawah para roh (matampu = sebelah Barat), serta dunia atas para dewa (Matallo = sebelah Timur) agar tetap terjaga, sama seperti keseimbangan yang magis dari keseluruhan kosmos ini. 

Dalam pelaksanaan upacara, ia selalu harus memperhatikan, bahwa Matallo dan Matampu berturut- turut juga selalu mendapatkan bagiannya. la juga harus tampil untuk usaha pendamaian atas nama masyarakat, jika ada tindakan-tindakan pelanggaran terhadap kekuatan-kekuatan gaib; disinilah tugaasnya ini mendekati tugas seorang ulama. Upacara kultus pada dasarnya adalah pendamaian dari pelanggaran-pelanggaran. 

Ini telah menyebabkan Puang Matua, setelah penyesalan dan doa-doa mereka, telah menunjukkan jalan kepada ketiga orang yang masih tersisa setelah bencana air bah di Rura (Enrekang) dengan mengutus burake dan tominaa yang pertama. Para utusan Puang Matua, beserta pengganti-penggantinya inilah yang selanjutnya mengusahakan terjaganya kedamaian dan kesejahteraan. Pelanggaran, penyesalan, perdamaian dan kesejahteraan merupakan istilah-istilah yang magis di sini.

Di tempat kedua, kultus adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Saya diatas belum berusaha menjelaskan mengenai beberapa pemuka adat yang penting dalam aluk. Pada umumnya orang Toraja mengatakan bahwa tominaa, aluk suru, bertugas melaksanakan pendamaian atas kesalahan, burake adalah menyelenggara ritual aluk bua, yaitu upacara dari pesta bua; Indo' padang mengurus upacara adat yang berkaitan dengan pekerjaan di padang/sawah, dan to mebalun mengurus ritual kematian dan pembalutan jenazah orang mati (Van der Veen). 

Uraian jenis-jenis pemuka adat ini sangatlah singkat dan hanya boleh digunakan untuk menetapkan jalan pikiran, karena tidak dilakukan secara terperinci. Di bawah ini diuraikan apa yang ditulis oleh Seinstra mengenai religi orang Tae-Toraja. Disini dilakukan beberapa perubahan dan penambahan yang perlu.

Semua mahluk hidup dan benda-benda mati dianggap dihuni oleh roh-roh, yang dalam segala hal harus ada hubungan yang baik dengan mereka. Gunung, batu-batu karang, sumber air, sungai-sungai, batu-batu besar, tanah, semuanya dihuni oleh roh-roh.

Karena itu jika pertama kali orang mau membuka sawah atau kebun harus dibawa persembahan bagi para dewa yang tinggal didalam tanah disitu, untuk sedapat mungkin mencegah adanya .dampak negatif yang dapat terjadi.

Jika seseorang menyeberangi sungai dengan membawa daging yang dibawa dari suatu pesta kurban, maka orang harus menjatuhkan sepotong kecil dari daging ini kedalam air agar tidak terseret arus ke kedalaman.

Bersambung.... Agama/Kepercayaan Orang Toraja dalam Catatan Belanda 1947 (3) - Arung Toraja (arungsejarah.com)

Sebelumnya.... Agama/Kepercayaan Orang Toraja dalam Catatan Belanda 1947 (1) - Arung Toraja (arungsejarah.com)