Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pong Tiku alias Ne' Baso: Riyawat Hidup dan Kematiannya (5).

Pong Tiku, Pongtiku, Pong Tiku alias Ne' Baso: Riyawat Hidup dan Kematiannya, Arak-Arakan Mendukung Proklamasi di Rantepao, Tana Toraja, Toraja, Toraja Utara, Makale, Perang Kopi, Bone, Luwu, Sidenreng Rappang, Enrekang, Palabuhan Palopo, Paloppo, Pasar makale
TORAJA.ARUNGSEJARAH.COM -  Pong Tiku alias Ne' Baso: Riyawat Hidup dan Kematiannya (5).


Perlawanan Kedua dan Kematian Pong Tiku

SITUASI di wilayah Toraja setelah usaha Belanda melakukan penangkapan Pong Tiku semakin tidak kondusif. L. T. Tangdilintin (1976) dalam tulisannya Sejarah Perjuangan Pahlawan Pong Tiku, menuliskan bahwa di wilayah Tondon Pong Tiku memulai persiapan pemakaman ibunya, persiapan yang dalam budaya Toraja memakan waktu beberapa bulan. Namun malam sebelum pemakaman ibunya, pada Januari 1907, Pong Tiku dan 300 pengikutnya melarikan diri dari Tondon, menuju selatan.

Akan tetapi, dalam masa-masa mengurus persiapan pemakaman ibunya, Pong Tiku telah memerintahkan seorang penasihat mengumpulkan senjata secara diam-diam. Sementara yang lain perintahan Pong Tiku untuk pergi ke bentengnya di Alla' dan Ambeso. 

Pong Tiku kemudian membuat persiapan untuk melarikan diri dari tahanan Belanda; dia juga mengembalikan semua properti yang dia ambil sebagai tuan, karena dia tahu dia tidak akan menggunakannya lagi. Selama di Tondon, pasukan Belanda dianggap melecehkan Pong Tiku (Bigalke, 2005).

Dalam pelariannya, setelah diberitahu bahwa Belanda mengejarnya, Pong Tiku memerintahkan sebagian besar pengikutnya untuk kembali ke Tondon. Sementara itu, dia dan bersama sekitar lima belas orang, termasuk dua istrinya, terus bergerak ke wilayah selatan. Mereka pertama kali tiba di Ambeso, tetapi benteng itu jatuh beberapa hari kemudian. Saat itu juga mereka mengungsi ke Alla'. Benteng ini pun akhirnya jatuh pada akhir Maret 1907.

Pong Tiku mulai kembali ke Tondon melalui hutan. Dia dan para pemimpin lainnya, baik Bugis maupun Toraja, terus dikejar oleh pasukan Belanda. 

Dalam masa-masa itu, para pemimpin lainnya akhirnya menyerah kepada Belanda. Mereka pun dijatuhi hukuman tiga tahun penjara di Makassar atau diasingkan ke Buton. Sementara itu, Pong Tiku masih tetap bersembunyi di hutan dan melakukan perlawanan secara gerilya (Tandilintin, 1976).

Namun akhirnya, pada tanggal 30 Juni 1907, Pong Tiku dan dua anak buahnya berhasil ditangkap oleh pasukan Belanda. Pong Tiku menjadi pemimpin gerilya terakhir yang berhasil ditangkap Belanda dan berakhir dengan naas. 

Setelah beberapa hari di penjara, pada 10 Juli 1907 Pong Tiku pun ditembak mati oleh tentara Belanda di dekat Sungai Sa'dan. Namun beberapa laporan juga menyebutkan bahwa Pong Tiku ditembak mati pada saat sedang mandi (Adams, 2006). 

Pong Tiku pun dimakamkan bersama seluruh keluarganya di Tondol, sementara sepupunya Tandibua' menjadi penguasa Pangala', di bawah Belanda.

***

Tiku adalah pemimpin perlawanan paling lama di Sulawesi, sehingga Gubernur Jenderal J. B. van Heutsz menganggapnya perusak stabilitas kontrol Belanda atas wilayah Sulawesi dan mengirim Gubernur Sulawesi untuk mengawasi penangkapannya. Sejak kematiannya, Pong Tiku telah digunakan sebagai simbol perlawanan rakyat Toraja. 

Pada tahun 2002, Pong Tiku resmi dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Sebelumnya.... Pong Tiku alias Ne Baso: Riyawat Hidup dan Kematiannya (4) - Arung Toraja (arungsejarah.com)

****

Adams, Kathleen M (2006). Art As Politics: Re-crafting Identities, Tourism, and Power in Tana Toraja, Indonesia. Honolulu: University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-3072-4.

Bigalke, Terance William (2005). Tana Toraja: A Social History of an Indonesian People. Singapore: Singapore University Press. ISBN 978-9971-69-313-8.

"Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia". Awards of the Republic of Indonesia. Indonesian Social Ministry. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-25. Diakses tanggal 25 Mai 2023.

Draeger, Donn F (1992). Weapons and Fighting Arts of Indonesia. Clarendon: Tuttle. ISBN 978-0-8048-1716-5.

Friend, Theodore (2003). Indonesian Destinies. Cambridge: Harvard University Press. ISBN 978-0-674-01137-3.

Tangdilintin, L T (1976). Sejarah Perjuangan Pahlawan Pong Tiku. Rantepao: Lepongan Bulan Tana Toraja. OCLC 13501891.

Volkman, Toby Alice (1985). Feasts of Honor: Ritual and Change in the Toraja Highlands. Urbana: University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-01183-2.