Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesta Kematian di Toraja dalam Catatan Belanda 1947 (6)

Pesta Kematian di Toraja dalam Catatan Belanda 1947, Catatan Belanda tentang Onderafdeeling Tana Toraja 1947, Memorie van Overgave (Naskah serah terima), Algemene Secretarie, Politiek Verslag, Jaarlijksch Verslag, Algemeen Verslag, Bijlagen Algemeen Verslag, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Makassar, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Luwu, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Bima Bonthain, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Bone, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Parepare, Algemeen Verslag; Algemeen Verslag afd. Selayar, Brieven aan de Directeur's Lands Producten en Cievile Magazijnen, Kommissorial Bijlagen Algemeen Verslag, Administratie Algemen Verslag, Kultuur Verslag, Administratie Algemen Verslag, Administratie Algemen Verslag (bevolking), Algemeen Staat der Bevolking Verslag, Oorlog Celebes, Begrotingen Makassar, Tarief en Bapalingen op de inkomde/uitgaande regte te Makassar, Reglement gesticht Makassar, Besluiten van Makassar; Duplicaat aankomende brieven en bijlagen van hun hoodelheedens te Batavia, Secrete en aparte aankomende brieven en bijlagen; Makassar besluiten (buku), Besluiten Makassar en onderhoorigheden, Rantepao, Tana Toraja, Toraja, Toraja Utara,
Ma'badong dan Tau-tau (Tatau) di Toraja
TORAJA.ARUNGSEJARAH.COM -   Pesta Kematian di Toraja dalam Catatan Belanda 1947 (6).

MENURUT H. Saba, Ampulembang Madandan, adat membedakan dua tipe utama pemakaman, yaitu dipatane dan dipeliang. Yang disebut terakhir inilah yang paling dikenal oleh orang luar. Menurut sumber diatas, ada dua jenis patane, yang pertama telah disebut oleh Dr. van der Veen dalam kamusnya: sebuah batu besar yang dilubangi dengan pahat, dan didalamnya dikuburkan orang-orang mati yang ternama (dimakamkan, v.L. = penulis); sebagai penutupnya dibuatlah rumah-rumahan yang berbentuk rumah Toraja (banua rapa', v.L. = pen), atau rumah berbentuk segi empat dengan atap berbentuk piramida (bentuk mesjid). 

Dalam rumah itu ditempatkan tatau, sebuah boneka kayu yang menggambarkan almarhum". Patane semacam ini dapat dilihat di kampung Tikala, tak jauh dari jalan raya. Banyak yang tersebar di wilayah ini. Apa yang tidak disebutkan oleh Dr. van der Veen adalah bahwa batu penutup dari lubang makam memiliki bentuk dari sebuah lesung.

Patane adalah sebuah ruang bawah tanah yang digunakan sebagai kompleks makam keluarga. Saya menduga bahwa rumah kecil yang dimaksud Dr. v.d. Veen adalah model rumah Tongkonan yang diperkecil. 

Menurut Ampulembang Madandan, orang menyebut juga pemakaman yang biasa dilakukan di Lembang Sa'dan dipatane. Menurut dia, orang disana membuat torodasi di bawah tanah. Torodasi terkenal yang pernah saya lihat sendiri, misalnya terdapat di kampung Kawasik (Nanggala). Torodasi adalah kamar yang dibangun diatas tanah, dengan balok-balok dan tiang-tiang yang sangat berat, yang tertutup sepenuhnya. 

Ukurannya misalnya 3 x 4 x 4 m. Di atasnya terdapat atap dengan bahan bambu terbelah dua yang biasanya dikenal di sana. Jlka ada pemakaman jenazah baru , maka orang menggeser beberapa papan kesamping melalui celah pada dinding papan yang memang sengaja dibuat demikian. Biaya pembuatannya menjadi tanggungan keluarga tarodasi ini atau keturunannya yang boleh memasuki Torodasi ini. 

Di masa lalu, orang yang melanggar peraturan ini beserta dengan keluarganya akan dijadikan budak dari pemilik torodasi. Hukuman ini dapat dibicarakan dengan pihak yang dirugikan untuk ditebus (dipakalao).

Pembahasan di atas tidak lebih dari suatu gambaran saja; suatu penelitian mengenai hal ini pasti akan sangat berguna.

Liang dipahat dari sebuah batu besar yang keras, serta mempunyai luas 2 V2 x 3 m. Liang ini ditutup dengan daun pintu yang kuat yang dihiasi ukiran yang bermotif ? dan kepala kerbau.

Sebelum pemakaman jenazah utnuk sementara dibungkus dengan tikar anyaman (salo-salo), untuk menjaga agar jika

kain pembungkus digerogoti oleh tikus-tikus, tulang-tulang ini tidak tercampur dengan sisa-sisa jenazah yang lain.

Pada pesta manene, didalam salo-salo hanya tersisa tulang- tulangnya. Tulang-tulang ini kemudian ditempatkan disebuah ?.... kavu mata' atau eronq dan ditutup kuat-kuat.

Erong ini adalah batang pohon yang dikosongkan tengahnya dengan ukuran 180 x 100 x 80 cm. Biasanya orang menggunakan kayu pohon uru.

Karena batang pohon ini harus diambil dari hutan yang jauh, maka biayanya tidak kecil. Untuk mencegah agar tidak terjadi kekeliruan dalam kepemilikan erong, maka erong ini diberi tanda khusus : ada yang menggunakan kepala kerbau sebagai tanda pengenal, ada yang mengambil bentuk perahu. Erong-erong ini kadang-kdang juga dibuat dari jenis batu lunak yang dilubangi, karena dengan demikian tikus boleh dikatakan tidak dapat merusaknya.

Dipeliana menurut pendapat saya temasuk adat pemakaman yang baru berkembang akhir-akhir ini, yang merupakan pengembangan dari sistem pemakaman yang dilakukan di tebing bukit-bukit batu serta gua-gua batu alam.

Menurut kisah turun temurun dari Tae Toraja yang beremigrasi pada akhir abad ke 16 hingga awal abad ke 17 ke wilayah Onderafdeling Masamba, mereka memakamkan nenek moyang mereka yang gagah berani, Lalonq. diatas tebing karang. 

Masih banyak lagi contoh yang bisa diberikan, yang memberikan prediksi yang kuat bahwa adat pemakaman dipelianq tidak lebih dari tiga abad yang lalu baru mulai berkembang. Pemakaman di atas tebing gunung dahulu merupakan adat yang umum tersebar di Sul Sel.

Pemakaman di atas tebing karang masih bisa diketemukan misalnya di Selayar, KalaO Toa dan di Bulukumba. Makam tebing yang sangat terkenal didapati di Kalosi. Orang Toraja yang berbahasa Baree menempatkan jenazah orang mati mereka, hingga masuknya agama Kristen, di gua-gua alam.