Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ma’parapa dalam Prosesi Pernikahan Masyarakat Toraja (2)

Teks Ma’parapa dalam Prosesi Pernikahan Masyarakat Toraja, Toraja, Tana Toraja, Toraja Utara

TORAJA.ARUNGSEJARAH.COM -  Teks Ma’parapa dalam Prosesi Pernikahan Masyarakat Toraja (2).


KEKAYAAN budaya yang terkandung dalam teks ma’parapa dalam prosesi rampanan kapa’ sudah seharusnya dilestarikan sebagai sebuah khazanah kebudayaan tengah arus globalisasi dan modernisasi yang sedang melanda seluruh sendi kehidupan manusia mulai dari daerah perkotaan bahkan sampai ke wilayah pelosok. 

Pelestarian budaya lokal penting karena arus budaya moderen sering kali mengandaikan bahwa semua yang bersifat tradisional itu adalah hal yang terbelakang bahkan terkadang dianggap irasional. Jika hal ini dibiarkan maka lambat laun kita akan menghadapi kepunahan khasanah kebudayaan lokal kita. 

Hal ini, menjadi salah satu alasan sehingga peneliti mengangkat judul tersebut, dengan menfokuskan pada teks lisan dan teks tulisan. Teks lisan mengacu pada prosesi Rampanan Kapa, sedangkan teks tulisan mengacu pada teks Ma’parapa itu sendiri, yang disampaikan oleh informan yang sudah memiliki keahlian. 

Keahlian yang dimiliki oleh informan adalah menguasai bahasa tomina, sebagai pemangku adat, mengampuh pendidikan di bidang seni, dan mempunyai pengalaman dalam membawakan teks ma’parapa pada saat prosesei rampanan kapa. 

Penelitian tersebut tidak hanya bermanfaat dalam masyarakat, tetapi juga memberikan manfaat untuk pendidikan, salah satunya yaitu memberikan wawasan tambahan khususnya dalam pembalajaran sastra, agar siswa atau generasi muda bisa bersikap religius, karena dalam teks ma’parapa memiliki banyak kandungan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman hidup untuk selalu berbuat positif salah satunya nilai pendidikan moral meliputi kejujuran, kesantunan, pandai berterima kasih, dan rendah hati. Teks ma’parapa dapat dijadikan materi pembelejaran khususnya pembelajaran sastra, agar mendorong bertumbuhnya mentalitas dan moralitas dalam praktik pembelajaran di kelas. 

Penelitian serupa yang mengkaji tentang nilai-nilai sudah pernah dilakukan, baik nilai yang terkandung dalam novel maupun lagu. Di antaranya yang dilakukan oleh Irmayani (2015) dengan judul “Kajian Nilai-nilai pada Taloq Hadara dalam Lagu Kacaping Mandar”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa di dalam lirik Toloq Hadara dalam Lagu Kecaping Mandar terdapat nilai budaya, nilai moral, dan nilai sosial yang perlu diketahui oleh pembaca maupun pendegarnya. 

Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Mangera (2013) dengan judul “Nilai Pendidikan alam Komunukasi Fatis Masyarakat Toraja Sa’dan Provinsi Sulawesi Selatan”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai pendidikan yang terkandung dalam komunikasi fatis masyarakat Toraja Sa’dan adalah nilai pendidikan moral meliputi kejujuran, kesantunan, pandai berterima kasih, rendah hati, dan nilai pendidikan sosial meliputi persahabatan, kepedulian, gotong royong, empati.

Berikut teks Ma’parapa:

Bait ke-1

Tabe’ lako olo mala’bi’na to umpobayu bayunna tongkonan to umposarong-sarongna pa’kalandoan to parengnge’ torroan indo’ torroan ambe’di pabarrena allo simman lako tingayo makaraengna to di palindona bulan 
Dengan hormat, kepada bangsawaan atau sepupu masyarakat dan pemangku adat yang berkenaan hadir ditempat ini. 

Tabe’ lako olo mala’bi’na to sitaranak aluk mellao langi’ simman lako tingayo makaraengna to siria sangha’ losson di batara pendeta, ustas, imam tungkasanganna 
Dengan hormat, atau yang kami hormati, kepada yang telah diberi jabatan apakah itu pendeta, imam, yang disebut aluk atau agama yang turun dari langit. 

Tabe’ lako to sitoe tokonna lembang simman lako to sisaladau pebosena lapi to ma’parenta tungkasanganna 
Yang kami hormati, Bapak pemerintah (Bupati, Camat, atau kepala lembang) 

Tabe’ lako to utaranak dandanau sangka simman lako to si saladan to bangunan ada’ to parangngi, to makaka tungkasanganna 
Yang kami hormati, Tokoh adat yang disebut tomakaka, toparengge yang bertanggung jawab tentang adat-istiadat dalam masyarakat setempat. 

Tabe’ lako pa’rannuanna tondok simman lako pa’paellean la dinai mekutana lollong meusik tanda marorrong keden tang di lambi’na te mai tong di karatuinna 
Yang terhormat kepada tokoh masyarakat, tokoh pemuda, kemudian Tokoh wanita. 

Tabe’ lako to matua indak simman laka to banu’ kararangan torro pekamberan tungkasanganna 
Yang terhormnat kepada tua-tua kampung dalam arti tempat untuk bertanya apabila salah satu adat yang dilanggar yang disebut tomatua induk atau banukarurungan. 

Tabe’ massola nasan simman lako angga mairi’, tae’, misa’ kupasalian rinding kupataleko’na manangnga lante isungan pangngurrande-randean, ada’na rampanan kapa’ basse situka sangka’na pa’sullean allo kaso sitamben, Lo’ bangan pa’ sangruang rinding, palempean pau sangsukema menangnga.
Yang Kami Hormati, seluruh hadirin yang hadir di tempat yang disebut massolanasang. Tidak ada yang terlupakan atau tanpa terkecuali yang disebut tae misa ku paselianrinding umpalekona mangganna banua (yang berada di luar dinding).

Angku bendan pa lan alla’ tangngata massola nasang latumannang lan te angga mairi. Lampa tikillang inde kombong bulaanna rampanan kapa’ um pati kurarak inde sangka’na basse si tuka’. 
Aku akan berdiri di hadapan kalian semua/hadirin yang akan berdiri di depan semua yang hadir. Aku akan membuka sebuah perkumpulan megangungkan perkawinan, merentangkan (akan membuka) tradisi pertukaran. 

Bersambung.... Ma’parapa dalam Prosesi Pernikahan Masyarakat Toraja (3) - Arung Toraja (arungsejarah.com)

Sebelumnya.... Ma’parapa dalam Prosesi Pernikahan Masyarakat Toraja (1) - Arung Toraja (arungsejarah.com)