Jumlah Lembang dan Penduduk Toraja 1947
TORAJA atau Suku Toraja merupakan sebuah suku bangsa yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa (di Mamasa disebut juga sebagai suku Mamasa).
Volkman, Toby Alice (1990). "Visions and Revisions: Toraja Culture and the Tourist Gaze". American Ethnologist. 17 (1): 91–110 menyebutkan mayoritas suku Toraja memeluk Kekristenan, sebagian masih menganut agama asli Aluk To Dolo, dan sebagian lagi menganut Islam. Pemerintah Indonesia telah mengakui Aluk To Dolo sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.
Nooy-Palm, Hetty (1975). "Introduction to the Sa'dan People and their Country". Archipel. 15: 163–192, menuliskan kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, To Riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Suku Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom yang dikenal hingga saat ini dengan istilah lembang. Adams, Kathleen M. (January 31, 1990). "Cultural Commoditization in Tana Toraja, Indonesia". Cultural Survival Quarterly mengatakan masyarakat Toraja masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen.
Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog.
Dalam perkembangannya, masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat.
Sebuah data yang menarik untuk ditelusuri yakni Memorie van Overgave berkaitan dengan onderafdeeling Tana Toraja dari Kontrolir peletak jabatan di Kementerian Dalam Negeri (B.B): J.M. Van LIJF yang memerintah dari 23 Juli 1946 s/d 23 Juni 47 yang diterbitkan kembali Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu naskah sumber.
Dalam laporan ini mengurai berbagai hal tentang Toraja, salah satunya terkait jumlah lembang dan penduduk Toraja di masa itu. Disebutkan, luas Tana Toraja menurut kontrolir Sainatra adalah 2850 km2. Jumlah penduduk (menurut pencacahan jiwa tahun 1930) adalah 189.270, dengan demikian maka kepadatan penduduk adalah 66/per km2.
Berdasarkan pencacahan jiwa Jepang pada tahun 1944, Tana Toraja berpenduduk 209.699 orang, sedangkan luasnya 3177,5 km2, jadi kepadatan penduduknya juga 66/ per km2.
Perhitungan terperinci dari pencacahan terakhir tsb. adalah:
Lembang Jumlah
1. Sangalla' 16.605
2. Ma'kale 23.469
3. Menghendek 18.278
4. Taparang 3.170
5. Taleon 3.415
6. Malimbong 2.655
7. Ulusalu 2.087
8. Se'seng 812
9. Banga 2.793
10. Palesan 1.633
11. Rano 3.333
12. Buakaju 1.213
13. Mappa' 757
14. Bau 1.325
15. Balepe' 1.118
16. Simbuang 6.323
17. Kesu' 18.864
18. BuntaO' 4.692
19. Rantebua 5.870
20. Nanggala 4.893
21. Tondon 4.811
22. Tikala 34.216
23. Sa'dan 8.801
24. Balusu 6.881
25. Pangala' 17.348
26. Madandan 3.744
27. Dende' 3.102
28. Piongan 1.369
29. Koerra 1.214
30. Bituang 1.492
31. Balla 1.083
32. Pali 2.273
Total 209.699