Pemuda Republik Indonesia Tana Toraja
Ilustrasi |
TORAJA.ARUNGSEJARAH.COM - Pemuda Republik Indonesia Tana Toraja.
PERJUANGAN mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia menggema di seluruh wilayah Nusantara, tidak terkecuali di Toraja. Berbagai organisasi kepemudaan juga dibentuk, salah satunya Pemuda Republik Indonesia Tpraja.
Dalam kunjungan Datu Andi Jemma ke Tana Toraja, selain mengangkat Duma Andi Lolo sebagai Wakil Pemerintah RI Luwu di Tana Toraja, juga meresmikan terbentuknya PRI cabang Tana Toraja (Kunjungan Andi Jemma ke Toraja).
Adapun susunan pengurus PRI Tana Toraja sebagai berikut:
Penasehat:
Mahmud (Guru Mude)
Ketua:
Balendeng Makkawaru
Sekretaris:
Puang Rante
Wakil Sekretaris:
John Laga
Bendahara:
Ladia
Kepala Persenjataan:
Musa
Penghubung PRI-Pem. RI:
A.Y.K. Duma Andi Lolo
Setelah pembentukan PRI, sebagian dari sekitar 400 orang Heiho dari semua suku yang dikonsinyir di Rantepao, bersedia menggabungkan diri dengan PRI. Sikap baik tentara Jepang juga memberikan angin segar bagi pergerakan. Karenanya, pimpinan PRI menemui pimpinan Jepang untuk meminta bantuan senjata. Namun Jepang hanya bersedia menyerahkan senjata kepada Duma Andi Lolo, selaku Wakil Pemerintah Luwu. Tetapi penyerahan senjata tersebut ditolak. Tidak jelas alasan apa sehingga Duma menolak.
PRI pun menjadi sangat kecewa. Karenanya, setelah gagal mendapat-kan senjata secara damai, Cora Makkawaru mengusahakan peram-pasan senjata di gudang Jepang. Perampasan senjata itu menghasil-kan 24 lop karabin beserta pelurunya. Sebenarnya senjata yang diambil cukup banyak, namun sebagian besar sudah tidak bisa meletus sebab pelatuknya rusak termasuk dua pucuk SMR brengun. Dari 24 pucuk senjata yang berhasil dirampas, hanya 8 pucuk yang tinggal di Toraja, selebihnya dibawa oleh bekas Heiho ke arah Pare-Pare dan mungkin pula ada yang singgah di Duri dan beberapa daerah lainnya.
Setelah melihat perkembangan situasi menjelang Serangan Umum 23 Januari 1946 yang semakin genting, maka diperlukan kesiapan yang lebih tinggi dari pimpinan PRI. Untuk itu, maka diadakan perubahan susunan pengurus sebagai berikut:
Ketua:
Ichwan Rombe
Wakil Ketua:
Balendeng Makkawaru.
Adapun PRI Rantepao dalam aktifitasnya, tergabung dengan PRI Tana Toraja. Beberapa aktifis PRI di Rantepao yang terkenal antara lain: Muhammad Arsyad, Mawara, Daeng Mappunna, Ismail, Iman Ibrahim, Wa’ Mandudu, Tarsan Kaluku, Polewai, Lawahe. Di antara mereka terdapat pula bekas-bekas Heiho antara lain: Kostan, Aman, Suriya, Haji Samad, semuanya didatangkan dari Jawa.
Selain itu, terdapat pula aktifis wanita, antara lain: Lai Rinding, Lai Rante (Mama’ Macan) dan Hapsa. Adapun anggota-anggotanya antara lain: Lai Duri, Indo Bariah, Bedah Nursaid. Selama masa perjuangan, di antara mereka ada yang aktif mengumpulkan dana buat perjuangan.
Pada bulan Januari 1946, NICA datang di Tana Toraja dibonceng oleh tentara Sekutu. Dengan cara menyamar sebagai pasukan Sekutu, perlahan-lahan mereka akhirnya berhasil menguasai Tana Toraja. Sejak itu pula, NICA mulai melakukan penangkapan, pemerik-saan, pengadilan, pengasingan dan penembakan kepada pejuang PRI/PKR Tana Toraja.
Mereka yang ditembak dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Rantepao antara lain: Ichwan Rombe, Pandu HW, (ditembak di Pasar Makale), Musa, Pandu HW (ditembak di Pasar Makale), Abdul Gani, Pandu HW, (ditembak di Pasar Rantepao), M. Said Marawe, Pandu HW (mati dianiaya di penjara Makale), Kasamba, pedagang (mati dianiaya di penjara Makale), Kostan, Heiho (mati di Madandan), Muin, Heiho (mati di Madandan), Anda, Heiho (mati di Madandan), Rante Kesu (mati di Mallangngo, Distrik Rantepao), Palamba, Juru Tulis Seko (mati di Erah Batu, Distrik Kesu Rantepao), Mangadil, Guru (mati di Toampala Distrik Nanggala), Sampe Rante, pegawai Kehutanan (mati di Puluk-Puluk, Distrik Pangalla’), Parengrengi, Pedagang (mati di Puluk-Puluk, Distrik Pangalla’), Maddu, Pedagang (mati di Puluk-Puluk, Distrik Pangalla’), So Reang, Pedagang (mati di Puluk-Puluk, Distrik Pangalla’), Suleman, Polisi (mati di Puluk-Puluk, Distrik Pangalla’), Maddaramang, Pedagang (mati di Puluk-Puluk, Distrik Pangalla’), So Rapi, KNIL (mati di Singki kota Rantepao), Tikualu (mati di Pasar Tokarau) dan Lapian (mati di Distrik Sa’dan Balusu).
Para pejuang yang diasingkan ke luar provinsi yakni: Mallabbang Makkawaru, Pandu HW (Makale, Makassar, Layang, Manado dan Gorontalo), La Wahe Tarsan Kaluku, Pandu HW (Makale, Makassar, Layang, Manado dan Gorontalo), Muhammad Kamase, Pandu HW (Makale, Makassar, Layang, Manado dan Gorontalo), dan Hasan Dudung, Pedagang (Makale, Makassar, Layang, Manado dan Gorontalo).
Beberapa di antara mereka mendapat hukuman berat dan ditahan di beberapa penjara, di antaranya: Balendeng Makkawaru, Pandu HW (Penjara Makale dan Layang), Cora Makkawaru, Pandu HW (Penjara Makale dan Layang), Timo Makkawaru, Pandu HW (Penjara Makale dan Layang), Saila Kep. Kota Rantepao, Pandu HW (Penjara Makale dan Layang), Muhammad Nur Said, Polisi Jepang (Penjara Makale dan Layang), Muhammad Arsyad Marewa, Pedagang (Penjara Makale dan Layang) dan Henrik Malingkas, Pedagang (Penjara Makale dan Layang).
Adapun mereka yang di tahan di Tahanan Militer RTM: Marra (Pandu HW), Obrim (Heiho), Maharani (Heiho), Ujeng (Heiho), Tubun (Heiho), Aman (Heiho), Sihombing (Heiho), Munara (Heiho), M. Hutagalung (Heiho), Tobing Samuel (Heiho), Abi Ali (Heiho), Ahmadi (KNIL), Berkawan (KNIL), dan S. Riawu (Lapris).
Para pejuang yang ditahan di penjara Makale/Masamba, di antaranya: Laha, Pandu HW (Masamba), Abu Bakar, Pandu HW (Masamba), Puang Rante Allo (Makale), Lagha, Pandu HW (Makale), Kamaluddin, Pandu HW (Makale), Salahuddin, Pandu HW (Makale), Sainuddin, Pandu HW (Makale), Maru Mangolele (Makale) dan Nur Bitti (Makale).
Mereka yang mendapat hukuman tahanan sementara di penjara Makale antara lain: Wa Ganing, Wa Supaya, Wa Mude Ali, Batjo Lolo, Badullah, Mangulele, Wa Latang, Wa Tjando, Wa Tjanno, Dara, Abdul Jannah, Said Laterang, Batjo Bittuang, Beddu Latou, Salamang, Musa Layuk, La Baba, Lamba Bungin, Marung, Puangna Musuara, Latang, Ny. Cahatib. L, Tadu, Laso Sampe Linting, Raddini, Kamummu, dan Bandera.
Dalam pergerakan perjuangan, ada pula beberapa anggota PRI yang diutus ke pusat perjuangan RI, di antaranya: Chatib Laisini (pelajar), Mahmudi (Guru St. Muhammad-iyah), Marawa Roa (Pelajar), Batjo Duru (Pedagang), dan Semoel (Pedagang